Padangsidimpuan, Sumtengpos – Setelah sah dinyatakan Virus Corona (Covid-19) masuk di Indonesia dan disahkannya PSBB dibeberapa daerah memunculkan polemik dan dilema yang begitu mendalam bagi masyarakat indonesia pada umumnya, baik itu berprofesi pengusaha, karyawan, pedagang, bahkan petani yang mendapat efek tersendiri bagi masing-masing profesi.
Seperti halnya pengusaha yang mendapat dampak negatif bagi usahanya sehingga banyak terjadi PHK (Putus Hubungan Kerja) di banyak daerah yang menjadikan naiknya angka pengangguran di Indonesia, tidak terlepas begitu juga petani mendapat dilema yang begitu mendalam terhadap usahataninya akibat pendemi yang melanda.
Dilema mendalam ini juga memunculkan Secuil cerita yang datang dari petani salak di sudut kota padangsidimpuan tepatnya di Desa Parsalakan Kecamatan Angkola Barat Kabupaten Tapanuli Selatan Provinsi Sumatera Utara.
Bagi petani, usahataninya adalah sumber pendapatan utama untuk menghidupi keluarganya sehingga petani mau tidak mau harus tetap membudidayakan usahatani salaknya walaupun dengan hasil yang dikategorikan kurang apalagi di masa pandemi seperti ini, hal ini menjadi dilema mendalam bagi petani salak yang dimana saat ini juga tanaman salak sedang danga istilah sawit trek yang berakibat kurangnya produksi salak.
Dari hasil observasi penulis pada hari senin 21/12/2020 mendapati Ibu enzel boru sagala seorang petani salak menyebutkan “Molo adong salak hargana murah, molo tarummadong hargana masoon salakna nadong” artinya “Ketika buah salak ada harganya sering sangat murah, ketika harga sedang lumayan mahal buah salaknya tidak ada”,ungkap petani tersebut kepada penulis.
Kemudian kita ketahui bahwa komoditi tanaman salak merupakan produk unggulan dari tanah dalihan natolu ini sejak dulu, sehingga salak ini bisa dikatakan warisan dari para leluhur kita terlepas dari warisan budaya yang ditinggalkan, maka dari itu tanaman salak harus dibudidayakan secara terus menerus mengingat tanaman salak sidempuan adalah produk unggulan serta warisan leluhur dari tanah dalihan natolu ini.
Namun hal ini yang menjadi perhatian terkhusus bagi pemerintah daerah Kabupaten Tapanuli Selatan yang menjadi daerah sentral nya produksi salak di sumatera uatara harus lebih memperhatikan petani salak yang ada, karena sangat banyak petani yang mengalihfungsikan lahan pertanian komoditi salak menjadi komiditi sawit dan lain sebagainya sehingga hal ini memungkinkan kedepan berkurangnya populasi salak sidiempuan didaerah tapanuli selatan.
seperti halnya di dua daerah sental produksi salak di kabupaten Tapanuli Selatan tepatnya yaitu di Kecamatan Angkola Barat dan Angkola Selatan, dari dua kecamatan ini merupakan sentra produksi salak di Tapanuli Selatan, namun fakta yang ada dilapangan banyak para petani yang beralih usahatani yang awalnya berusahatani salak beralih ke komoditi lain, hal ini menunjukkan berkurangnya lahan pertanian komoditi salak di Tapanuli Selatan yang dikenal masyarakat luas yaitu salak Sidempuan.
Ini menjadi perhatian bagi penulis dan terkhusus bagi pemerintah daerah Tapsel agar memberikan solusi bagi petani.
Dari hasil amatan penulis (21/12/2020) dilapangan tepatnya di desa parsalakan Kecamatan Angkola Barat Kabupaten Tapanuli Selatan bahwa sangat banyak petani yang mengeluh dengan kondisinya saat ini apalagi disaat pandemi seperti ini, menurut petani komiditi salak sudah tidak seksi lagi untuk dibudidayakan dikarenakan harga salak yang sering berfluktuasi dan sering menempatkan petani pada harga eceran terendah yang membuat petani kurang bergairah untuk membudidayakan salak dengan baik.
Hal ini yang memicu banyak para petani salak mengalihfungsikan lahannya dari salak menjadi komoditi yang lain.
Dari amatan penulis bahwa penyebab fluktuasi harga dan seringnya petani salak berada pada harga eceran terendah disebabkan oleh panjangnya sistem tataniaga yang ada, hal ini juga dikarenakan kurangnya informasi pasar kepada petani.
Kemudian hal ini juga disebabkan oleh menurunnya kualitas dari salak itu sendiri menyebabkan menurunnya minat para pembeli dipasaran.
Ini dipicu oleh kurang baiknya proses budidaya yang dilakukan oleh petani terhadap tanaman salak itu sendiri sehingga menurunya kualitas salak yang dibudiayakan
Karena proses budidaya yang dilakukan petani masih bisa dikatakan yaitu sistem budidaya warisan artinya proses regenerasi bibit yang kurang baik dan masih mengandalkan proses regenerasi bibit alami oleh tanaman itu sendiri.
Artinya pembibitan yang dilakukan hanya sebatas buah yang matang dan jatuh ketanah lalu menjadi kecambah kemudian tumbuh menjadi tanaman salak.
Sehingga jarak tanam yang berantakan mengakibatkan menurunnya hasil produksi dan kualitas salak itu sendiri, karena setiap tanaman memiliki aturan jarak tanam sesuai teknik budidaya yang ada untuk mendapatkan hasil yang baik.
seharusnya pembibitan adalah salah satu proses awal yang sangat penting diperhatikan dalam budidaya salak maka hal ini harus dilakukan dengan baik agar hasil dan kualitas yang didapat juga baik.
Hal ini seharusnya menjadi perhatian bagi pemerintah daerah agar memberikan fasilitas penyuluhan, pembibitan bahkan pendampingan bagi petani salak sidempuan, mengingat tanaman salak sidempuan adalah tanaman warisan leluhur serta salak sidempuan adalah produk unggulan dari padangsidimpuan dan tapanuli selatan.
Penulis : Rahmad Syukur Harahap
(Mahasiswa Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Medan Area)