Panyabungan, Sumtengpos – Menyikapi adanya perselisihan pemilu 2019 seperti unjuk rasa, Adi Putera Lubis Tokoh Pemuda Madina ” menghimbau untuk tidak terlibat dalam tindakan inkonstitusional terkait hasil pemilu 2019.
Ia mengatakan, sejatinya tidak ikut dalam polemik yang sedang terjadi saat ini. “ mari kita silaturahmi dan perbanyak amalan di bulan Ramadhan ini, Adi juga menambahkan mengajak warga untuk kembali bersatu dan melupakan perbedaan yang sempat terjadi pada pemilu lalu, untuk hal yang tidak sesuai mari kita tempuh jalur hukum dan prosedur hukum yang berlaku, kita juga apresiasi penyelenggara Pemilu, TNI dan Polri dalam menjaga keamanan termasuk yang di Madina dan seluruh Indonesia,” ungkap Adi Lubis ke Sumtengpos.
Untuk itu Adi Lubis mengimbau kepada masyarakat untuk tidak terlibat dalam aksi massa yang inskontitusional dan anarkis. Terlebih saat ini sedang menjalani bulan ramadhan. Mari kita pemuda dan masyarakat memperbanyak ibadah.
“Saya mengimbau kepada warga jangan sampai termakan berita yang menyesatkan dan tetap ikuti aturan yang ada,” katanya.
Sementara, Rifai Tokoh Pemuda Kemajuan Tabagsel ” mengingatkan bahwa persatuan dan keutuhan bangsa merupakan hal utama. Menurutnya, jangan sampai ada pihak yang terbujuk mengatasnamakan SARA untuk tindakan inkonstitusional.
Mari kita jaga persatuan dan sama jaga keamanan negara, kepada seluruh pihak yang terlibat dalam pesta demokrasi lima tahunan. “Kita apresiasi kepada seluruh KPPS dan aparat yang bekerja keras. Kita juga doakan agar kondisi tetap kondusif dan sejuk dan lebih harmonis di bulan yang baik ini,” Ungkap Rifai ke Sumtengpos.
Ssmentara Riki Rahadi di Padangsidimpuan seorang Pengusaha Muda mengatakan ke sumtengpos “untuk menolak dan kita sama jauhi tindakan inkonstitusional. Ia pun bersama komunitas dan warga sekitar mengaku sudah melupakan perbedaan pilihan yang terjadi saat pemilu lalu. “Sekarang yang terpenting kita ini harus kembali bersatu dan tidak melakukan tindakan yang malah berujung perpecahan.
Ditempat terpisah Basa Sahala Harahap (Masyarakat Adat Tabagsel ) “Sebagai masyarakat tabagsel yang menjujung tinggi adat, terutama ibadah sangat di sayangkan bila kita menodai bulan suci ramadhan ini dgn aksi aksi yang kurang terpuji atau kurang bijaksana.
Beda pilihan itu adalah bagian keniscayaan dalam berpolitik. Namun perbedaan itu hendaknya dianggap bagian dari anugrah dari Yang maha kuasa. Hendaknya kita semua mari menahan diri, agar rasa nyaman dalam beribadah dan berusaha tercapai. Hita do sadarion, hita do atcogot, hita do haduan na tinggal di Indonesia on do membangun na. Mari kita semua ” salumpat saindege, sabara sabustak dalam menyikapi dinamika ini. Biarkan jalur Hukum MK yang memutuskan. Apa pun keputusannya Insya Allah yang terbaik buat kita semua.