Padangsidimpuan, Sumtengpos – Teknologi terus berkembang dengan tujuan untuk menjadi solusi di setiap permasalahan yang ada. Perkembangan teknologi tidak dapat dibendung, karna teknologi sudah dapat dikatakan sebagai “tuntutan kehidupan” di masa sekarang ini.
Konsekuensi yang kita dapatkan jika kita tidak mengikutinya, kita akan lebih tertinggal dibanding orang di sekitar kita.
Berbicara mengenai teknologi, salah satu yang terbesit di pikiran kita adalah smartphone. Pasti tidak asing lagi dengan benda ini, karena hampir semua orang memilikinya.
Pada umunya benda ini terlihat simpel karena ukurannya yang hanya segenggaman tangan, bentuknya yang persegi panjang, tetapi bisa menjadi media kita untuk mengakses sesuatu yang sangat jauh.
Smartphone hampir dapat membantu di segala bidang kehidupan, banyak pekerjaan sulit yang dapat dibantu dengan kehadiran benda ini. Mulai dari berkomunikasi, mengerjakan pekerjaan kantor, belajar, dan bahkan kegiatan berdagang pun dapat dibantu dengan benda ini.
Tidak heran jika setiap orang mendambakan untuk memilikinya, walaupun masih ada segelintir orang yang menolak salah satu produk kemajuan teknologi ini.
Jika memiliki kelebihan, pasti memiliki kekurangan. Begitupula dengan smartphone. Karena kebebasan untuk mengakses banyak hal, kita menjadi rentan tidak tahu batasan yang harus dijaga. Dalam ranah sosial, tentunya ketidakmampuan untuk mengontrol penggunaan smartphone sudah pasti dapat menjauhkan kita dari orang di sekitar kita, tidak terkecuali keluarga kita sendiri.
Penggunaan smartphone yang berlebihan memiliki dampak yang sangat buruk dalam kehidupan keluarga di dalam sebuah rumah. Tentu saja, karena terlalu banyak menghabiskan waktu dengan smartphone otomatis akan mengurangi interaksi antara anggota keluarga. Kesenjangan yang timbul dalam keluarga dapat merusak mental setiap anggota keluarga tersebut, terutama pada anak.
Dampak ini secara tidak langsung akan rentan untuk merusak pola hidup, cara berpikir, dan tingkat kebahagiaan dari seorang anak.
Kita berbicara dalam konteks yang lebih umum.
Misalnya seorang anak yang kecanduan bermain smartphone baik untuk bermain game online, aktif di media sosial, atau mendapat hal menyenangkan lain dari smartphone. Ketika disuruh orangtuanya, tidak jarang seoeang anak membantah karena sedang asyik dengan smartphone-nya. Tentu pada kasus ini kita dapat menyimpulkan bahwa smartphone dapat membuat anak melawan kepada orangtuanya sendiri.
Kemudian pada orangtua, orangtua pada umumnya menggunakan smartphone lebih banyak sebagai sarana komunikasi dengan teman lamanya, dapat dibungkus dengan kalimat “gila ingin bernostalgia” atau hasrat ingin “kembali muda” -nya sangat tinggi. Tetapi masih banyak lagi hal yang dapat membuat orangtua berlebihan dalam penggunaan benda ini. Kecanduan orangtua terhadap smartphone tidak jarang membuat ia lalai atas kewajibannya, baik itu untuk mengerjakan pekerjaan di rumah, dan yang terpenting adalah untuk memerhatikan anak.
Hal tersebut tentu membuat anak kehilangan hak nya dari orangtua, yaitu mendapat takaran kasih sayang yang pas. Sebagian besar anak tidak bisa mengekspresikan apa yang dia rasakan, sehingga tidak tampak dari luar bahwa anak tersebut telah terganggu mentalnya, dan tentu saja akan berpengaruh terhadap pola pikirnya.
Setiap anak yang memiliki mental terganggu sudah pasti akan berpengaruh terhadap kehidupan sosialnya. Hal tersebut dapat menurunkan kemampuannya dalam mengembangkan diri yang pada ujungnya tidak menutup kemungkinan dia akan merasa kesulitan untuk meraih kebahagian.
Apabila kita melihat dari sudut panjang yang jauh, dapat disimpulkan smartphone dapat mengurangi kualitas generasi-generasi yang ada di negeri kita ini, dan secara tidak langsung dapat menghancurkan bangsa kita juga.
Maka dari itu, kita harus cerdas dalam menghadapi perkembangan zaman. Kita tidak harus mengikuti apa yang ada, dan harus tegas dalam menyaring antara mana yang baik dan mana yang kurang baik. Terutama dalam penggunaan smartphone, butuh kerjasama yang baik antara orangtua dan anak agar selalu terbentuk hubungan yang positif dalam sebuah keluarga.
Orangtua dan anak juga harus berpartisipasi dalam mengontrol penggunaan teknologi. Orangtua harus memberi batasan kepada anaknya dalam menggunakan smartphone,serta lebih meningkatkan intensitas kegiatan yang dapat membangun interaksi dalam keluarga misalnya makan malam bersama, menonton televisi bersama, ataupun melakukan rekreasi keluarga.
Apabila kita dapat mengontrol penggunaan teknologi, kita dapat meminimalisir dampak negatif yang mungkin terjadi, dan tentu saja kita tetap dapat memperoleh manfaatnya yang begitu besar pada kehidupan tanpa harus mengorbankan salah satu aspek terpenting dalam kehidupan kita ini, yaitu keluarga kita sendiri.
Dibuat Oleh :
Nama : Rouly Hamonangan
NIM : 0701172100
Univ. : UIN Sumatera Utara
Semester : VI (Enam)